PROSEDUR PEMBUATAN OBTURATOR DENGAN GIGI ANTERIOR PADA KASUS BILATERAL
CLEFT LIP PALATE
(STUDI MODEL)
PROPOSAL
Karya Tulis ini Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Program Diploma III Jurusan Teknik Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
BRENA KUSUMANINGSARI
JURUSAN TEKNIK GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maksilofasial adalah cabang ilmu prostodonsia yang berhubungan dengan restorasi atau penggantian system stomatognatik struktur wajah yang disebabkan oleh adanya penyakit, tindakan bedah dan kelainan bawaan dengan alat tiruan. Ruang lingkup protesa maksilofasial terdiri atas protesa extra-oral dan intra-oral. Protesa extra-oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan bagian dari wajah atau struktur kepala yang hilang seperti protesa mata, protesa hidung dan protesa telinga. Protesa intra-oral adalah protesa yang merestorasi dan atau menggantikan kelainan struktur didalam rongga mulut seperti obturator pada celah palatum, speech aids, palatal lifts, dan feeding plate pada bayi.1
Celah pada palatum yang terjadi akibat kegagalan penyatuan palatum yang mempengaruhi baik pada jaringan lunak, komponen tulang bagian atas, tulang alveolar, palatum keras dan lunak biasanya berbentuk celah dan terjadi pada usia kehamilan 7-12 minggu, celah garis tengah pada palatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu dikarenakan kelainan dalam perkembangan embriotik.2 Pada celah bibir palatum dapat dibuatkan alat bantu berupa protesa obturator untuk memperbaiki estetis, fungsi fisiologis, serta menjaga dan menggantikan jaringan lunak.3
Obturator merupakan maksilofasial mengembalikan cacat dengan menempati ruang yang tercipta sebagai akibat dari hilangnya atau tidak adanya jaringan, umumnya pada lengkung rahang atas. Sebuah obturator harus ringan, stabil, tidak menyebabkan iritasi, nyaman, sederhana dalam desain, mudah dilepas, dan mampu memulihkan baik kontur dan fungsi fisiologis, seperti berbicara dan menelan.4 Jika seseorang memiliki gigi asli yang cukup untuk penjangkaran protesa obturator maka dapat dibuatkan obturator dengan basis akrilik dan ditambahkan dengan elemen gigi.
Bagian dari obturator terdiri dari basis akrilik, elemen gigi dan cengkeram dengan menggunakan kawat berdiameter 0,7 mm. Berbagai jenis cengkeram dapat digunakan untuk situasi yang berbeda. Namun, beberapa cengkeram yang digunakan untuk protesa pada anak-anak adalah menggunakan cengkeram Adams.5
Berdasakan uraian diatas, maka penulis ingin membahas mengenai Prosedur Pembuatan Obturator dengan Gigi Anterior pada Kasus Bilateral Cleft Lip Palate, karena protesa obturator ini merupakan hal yang baru bagi penulis. Dalam pembuatan obturator ini ditambahkan juga penyusunan gigi tiruan akrilik pada bagian anteriornya. Selain untuk menambah wawasan, menguasai teknik pembuatan protesa maksilofasial, tahap-tahap pengerjaan di laboratorium dengan benar, dan menambah kerampilan dalam proses pengerjaan, juga agar penulis dapat membuat protesa obturator dengan baik dan berfungsi maksimal.
1.2 Batasan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis akan membahas mengenai prosedur pembuatan obturator dengan gigi anterior pada kasus bilateral cleft lip palate.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Prosedur Pembuatan Protesa Obturator dengan Gigi Anterior pada Kasus Bilateral cleft lip palate ?”
1.4 Tujuan
1.4.a Tujuan Umum:
Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang prosedur pembuatan obturator dengan gigi anterior pada kasus bilateral cleft lip palate.
1.4.b Tujuan Khusus:
1. Agar penulis mampu untuk membuat protesa obturator bergigi anterior dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Mengetahui tahapan prosedur pembuatan obturator dengan baik.
3. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur pembuatan obturator.
4. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam kasus obturator.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan acuan kasus maksilofasial.
2. Sebagai refrensi mahasiswa teknik gigi tentang obturator.
3. Diharapkan para pembaca dapat mengetahui tentang kegunaan atau fungsi dari protesa obturator.
4. Untuk lebih memahami tentang prosedur pembuatan protesa obturator dengan gigi anterior pada kasus bilateral cleft lip palate.
1.6 Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah studi model dan diperkuat dengan berbagai referensi yang didapat dari perpustakaan Teknik Gigi Politeknik Departemen Kesehatan Jakarta II, perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, perpustakaan Ladokgi TNI AL RE Martadinata, perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, dan perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Moestopo Beragama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Cleft Lip Palate
Bibir sumbing (cheiloschisis) dan Celah Langit-langit (Cleft Palate/ palatoschisis) adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas dan langit-langit lunak serta langit-langit keras mulut. Kelainan ini terjadi karena ketidaksempurnaan penyambungan bibir bagian atas, dan berlokasi tepat di bawah hidung bersama celah bibir dan langit-langit. Kelainan ini merupakan jenis cacat bawaan yang disebabkan oleh gangguan pembentukan organ tubuh wajah selama kehamilan.6
2.2 Klasifikasi Cleft Lip Palate 2, 6, 7
1. Celah Bibir dan Palatum Unilateral
Cacat celah bibir dan celah langit-langit terjadi hanya di satu sisi kiri atau kanan pasien, celah ini melewati area pre-maxilla kiri dan kanan, melalui foramen incisivus hingga palatum keras dan lunak. Celah ini membagi palatum menjadi bagian mayor (palatum dan pre-maxilla) dan minor (hanya palatum keras).
Gambar 1
Celah Bibir dan Palatum Unilateral
2. Celah Bibir dan Palatum Bilateral :
Cacat celah bibir dan langit-langit ini terjadi di dua sisi kiri dan kanan pasien, celah ini melewati dua sisi dari pre-maksila, melewati foramen incisivus hingga palatum keras dan palatum lunak, kurangnya kontrol dari bibir pada pre-maksila, bagian ini sering terlihat sangat menonjol pada saat lahir.
Gambar 2
Celah Bibir dan Palatum Bilateral
Gambar 3
Perbedaan Celah Bibir Unilateral dan Bilateral dilihat dari Wajah
3. Celah Palatum
Terjadi di daerah langit-langit, celah palatum ini luasnya dapat bervariasi dalam arah posterior hingga celah pada palatum lunak.
Gambar 4
Celah Palatum
2.3 Penyebab Celah Bibir dan Palatum3, 6
Penyebab kasus kelainan ini disebabkan dua faktor utama: herediter (genetika) dan lingkungan.
1. Herediter atau Genetika
· Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat keluarga yang mengalami mutasi genetik (Hukum Mendel berlaku).Menurut salah satu literatur, Schroder mengatakan bahwa 75% dari faktor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan. Dengan demikian misalnya dari seorang ibu menghasilkan 4 orang anak, 1 anak kemungkinan mengalami kasus kelainan bibir sumbing.
2. Lingkungan
· Untuk faktor lingkungan, lebih diutamakan faktor-faktor yang mempengaruhi seorang ibu pada masa kehamilan. Usia kehamilan yang rentan saat pertumbuhan embriologis adalah trimester pertama (lebih tepatnya 6 minggu pertama sampai 8 minggu) karena pada saat ini terjadinya proses pembentukan jaringan dan organ-organ dari calon bayi.
· Teratogenik, yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu yang dikonsumsi.
· Ibu hamil yang menderita penyakit karena virus.
· Psikologis, misalnya pada waktu hamil, sang Ibu mengalami stres (yang membuat ibu mengkonsumsi minuman keras, narkotika dan sejenisnya, yang membahayakan kandungan).
· Penyakit infeksi dan paparan radiasi.
2.4 Obturator
Obturator adalah suatu alat yang didesain untuk menutupi pembukaan, baik yang tidak alamiah atau defek pada maksila seperti cleft palate atau suatu pembuangan sebagian atau seluruh maksilla karena terdapat suatu masa tumor.3
2.5 Fungsi Obturator3
1. Menggantikan bagian mulut dan dapat digunakan sebagai alat bantu makan.
2. Agar daerah luka atau defek tetap bersih, sehingga dapat mepercepat proses penyembuhan trauma atau post surgical defek.
3. Membantu pembentukan kembali bentuk palatal atau soft palate.
4. Memperbaiki fungsi bicara.
5. Fungsi estetik (memperbaiki posisi bibir).
6. Memperbaiki fungsi penelanan dan pengunyahan.
2.6 Tipe Obturator
Obturator palatum dapat diklasifikasi berdasarkan tahapan perawatannya yaitu obturator selama pembedahan (surgical obturator), obturator interim dan obturator definitif. Terdapat beberapa tipe obturator selain obturator palatum, seperti obturator palate faringeal, obturator palatal lift (palatal lift prosthesis) dan obturator metal.
2.7 Bahan – Bahan Pembuatan Obturator8
1. Akrilik Resin
Menurut American Dental Assosiation (ADA) 1974, terdapat dua resin akrilik yaitu heat cured polymer dan self cured polymer. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi yaitu kelompok turunan asam akrilik, CH2 = CHCOOH, dan kelompok asam metakrilik CH2 = C(CH3)COOH. Kebanyakan basis protesa dibuat menggunakan resin poli (metilmetaktilat). Resin akrilik terdiri dari poli (metilmetakrilat) yang berbentuk bubuk disebut polimer, dan metilmetakrilat yang berbetuk cairan disebut monomer. Resin akrilik terbentuk saat dicampur dengan cairan monomer metal metakrilat dan bubuk polimerpoli (metilmetakrilat), dan campuran mengalami polimerisasi.
2. Silikon
Bahan silikon dapat digunakan dalam pembuatan obturator palatum untuk mengembalikan fungsi organ berserta jaringan sekitarnya. Silikon adalah suatu suatu polimer sintetik yang terdiri dari rantai polisiloksan, dimana rantai polisiloksan adalah poli-dimetil-siloksan dengan kelompok terminal hidroksil. Silikon yang digunakan saat ini adalah silikon vulkanisasi panas (HTV) dan vulkanisasi temperatur ruangan (RTV). Silikon vulkanisasi temperatur ruangan (RTV) dikemas dalam bentuk pasta tunggal. Protesa dapat dipolimerisasi dalam mold stone buatan, meskipun mold yang lebih tahan lama dapat dibuat dari epoksi resin atau logam. Silikon yang divulkanisir dengan panas umumnya dikemas dalam bentuk bahan separuh padat atau menyerupai dempul yang memerlukan penggilingan, pemadatan dengan tekanan, dan aplikasi siklus panas 180o C selama 30 menit.
3. Polimetilmetakrilat
Polimetilmetakrilat adalah suatu resin transparan dan sangat stabil. Bahan ini tidak mempunyai efek terhadap sinar ultra violet. Bahan ini juga stabil secara kimia terhadap panas dan menjadi lembut pada temperatur 1250C. Mold dari bahan ini dapat dibuat sebagai bahan termoplastis dan cenderung mengabsorbsi air melalui proses imbibisi. Struktur kimia yang ‘non-crystalline’ memberikan sumber energi yang tinggi. Molekul-molekul polimerini dapat berdifusi dalam resin karena pengaktivasian molekulnya memerlukan sumber energi yang rendah. Polimer ini dapat larut dalam larut anorganik karena polimer ini merupakan suatu polimer yang linear.
4. Logam Titanium
Pada umumnya, logam yang digunakan untuk pembuatan obturator adalah logam titanium karena logam ini memiliki biokompatibilitas yang tinggi dan tahan terhadap korosi. Namun, logam titanium ini memiliki kekurangan antara lain kurang padat dibanding dengan logam campuran yang lain.
2.8 Cengkeram Retensi untuk Obturator5, 9
Cengkram harus didesain sedemikian rupa sehingga bagian yang melingkari serta menyentuh sebagian besar keliling gigi, pengimbangan, retensi, dukungan, stabilisasi dan pasifitas. Cengkeram retensi digunakan untuk pembuatan obturator, diantaranya adalah:
· Cengkeram Half-Jackson
· Cengkeram C
· Cengkeram Adam
· Cengkeram Sirkumferensial
2.9 Penyusunan Gigi pada Obturator5,10
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyusunan gigi tiruan akrilik pada protesa obturator, diantaranya adalah:
1. Fungsi struktur disekelilingnya.
Fungsi gigi seperti pengunyahan, fonetik, estetik. Pada saat menelan posisi ujung lidah menyentuh daerah palatal gigi depan rahang atas.
2. Struktur sel tempat duduk jaringan.
Keadaan mukosa dan submukosa haruslah menjadi pertimbangan dalam penyusunan elemen gigi tiruan. Kekuatan oklusi tidak boleh langsung pada jaringan karena akan membuat jaringan tidak mampu menahan kontak oklusi yang dilakukan oleh elemen gigi tiruan.
3. Batas anatomis:
· Gigi depan
Penyusunan gigi tiruan depan haruslah seimbang dengan posisi rahang, untuk memstabilkan elemen gigi tiruan selama berkontak dengan gigi antagonis.
· Gigi belakang
Seperti gigi depan, gigi belakang di tentukan oleh bentuk lengkung mandibular. Gigi insisivus 1 rahang atas harus diposisikan didepan residual ridge. Pada daerah mukosa perlu dipertimbangkan bahwa tekanan yang paling berat berakhir pada retromolar pad.
Seperti gigi depan, gigi belakang di tentukan oleh bentuk lengkung mandibular. Gigi insisivus 1 rahang atas harus diposisikan didepan residual ridge. Pada daerah mukosa perlu dipertimbangkan bahwa tekanan yang paling berat berakhir pada retromolar pad.
2.10 Basis Protesa untuk Obturator10
Disebut juga plat protesa adalah bagian dari gigi tiruan yang menutupi mukosa mulut di daerah palatum labial, bukal, lingual. Ada 2 macam basis, yaitu basis dengan dukungan gigi dan basis dengan dukungan jaringan.
BAB III
PROSEDUR PEMBUATAN PROTESA OBTURATOR DENGAN GIGI ANTERIOR PADA KASUS BILATERAL
CLEFT LIP PALATE
Protesa obturator dibuatkan berdasarkan studi kasus yang berfungsi untuk memperbaiki estetis, fungsi fisiologis, menjaga dan menggantikan jaringan lunak. Pada bab ini akan dijelaskan tentang Prosedur Pembuatan Protesa Obturator dengan Gigi Anterior pada Kasus Bilateral Cleft Lip Palate. dan dalam penulisan ini juga akan dibahas tahap - tahap proses pembuatannya beserta alat dan bahan yang akan diperlukan.
3.1 Data Model
1. Dokter yang merawat : Drg. Grace
2. Diagnosa : Keadaan bilateral cleft lip palate
3.2 Desain
Keterangan Gambar:
A. Cengkeram Sirkumferensial
B. Elemen Gigi Akrilik
C. Basis dari heat-curing acrylic
D. Defek Gambar 6. Desain Model
3.3 Persiapan Alat dan Bahan
3.3.a Persiapan Alat:
1. Bowl
2. Spatula
3. Lecron
4. Pisau Malam
5. Tang Klamer (tang bulat, pipih, tiga jari, borobudur, kombinasi)
6. Tang Potong
7. Alat tulis (pensil, penghapus, dan spidol)
8. Lampu Spritus
9. Press Meja
10. Kuvet Besar
11. Mixing Jar
12. Pipet
13. Kompor
14. Panci
15. Mikromotor
16. Mata Bur
17. Mesin Poles
18. Feltcone
19. Trimmer
20. Behel
3.3.b Persiapan Bahan :
1. Dental stone
2. Gips putih
3. Base Plate-Wax
4. Mahkota Gigi Tiruan Akrilik
5. Could Mould Seal (CMS)
6. Vaselin
7. Powder heat-curing acrylic
8. Liquid heat curing acrylic
9. Pumice dan CaCO3
10. Spritus
11. Kawat stainless steel diameter 0,7mm
3.4 Prosedur Pembuatan Protesa Obturator Dengan Gigi Anterior pada Kasus Bilateral Cleft Lip Palate
3.4.a Persiapan Model Kerja
Model kerja dibersihkan dari nodul-nodul stone kemudian dirapihkan dengan trimmer pada bagian tepi yang berlebih, perhatikan batas mukosa bergerak dan tidak bergerak.
3.4.b Block Out
Block out adalah mengurangi daerah undercut yang tidak menguntungkan pada model kerja agar protesa dapat keluar masuk dengan mudah. Daerah yang tidak menguntungkan diblock out dengan gips. Gips diaduk hinnga rata kemudian block out pada daerah defek yang ber-undercut pada model kerja dengan adukan gips, dibuat merata, rapih dan haluskan pada daerah yang dianggap memiliki undercut.
3.4.c Pembuatan Cengkeram
Cengkeram adalah bagian dari komponen-komponen yang berhubungan dengan protesa gigi tiruan maupun obturator, biasanya terbuat dari kawat atau logam tuang yang melingkari serta menyentuh sebagian besar keliling gigi penjangkaran. Cengkram yang digunakan dalam pembuatan obturator ini adalah sebagai retensi dan stabilisasi. Cengkram sirkumferensial digunakan pada gigi 543|, dan |54. Pada pembuatan cengkram ini menggunakan kawat stainless steel berdiameter 0.7mm dan menggunakan beberapa macam tang klamer.
3.4.d Pembuatan Pola Malam
· Model kerja dibasahi agar wax tidak menempel
· Batas-batas basis dibuat pada model kerja
· Dua lembar base plate wax untuk basis dilunakkan dengan api spritus tapi jangan sampai meleleh
· Setelah wax lunak, diaplikasikan pada model kerja sesuai batas yang sudah dibuat dan bagian yang berlebih dipotong
· Lihat bagian pola malam apakah ketebalannya sudah rata dan tidak ada bagian pola malam yang terlalu tipis. Jika masih ada bagian yang terlalu tebal, ambil atau tipiskanlah bagian pola malam tersebut dan sesuaikan ketebalannya. Jika terlalu tipis, tambahkan lagi pola malam
3.4.e Penyusunan Elemen Gigi
· Rahang atas bagian anterior.
· Setelah penyusunan elemen gigi rahang atas selesai cek terlebih dahulu syarat inklinasi mesio-distal dan antero-posteriornya serta dilihat dari bidang oklusal, tepi incisal gigi anterior atas berada diatas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir rahang.
· Posisi cengkram dipasang kembali dengan benar.
· Guratan – guratan pada permukaan pola malam dihilangkan dengan cara kapas dibasain dengan spritus lalu digosok. Kemudian dilakukan pemolesan kembali.
3.4.f Flasking
· Model kerja dipoles dengan mengkilat.
· Permukaan dalam cuvet diolesi vaseline tipis agar model mudah dikeluarkan dari cuvet pada saat deflasking.
· Aduklah adonan gips dengan ketentuan pabrik, kemudian letakkan dicuvet bagian bawah lalu model ditanam dalam cuvet tersebut
· Permukaan gips dibuat landai dan sisa gips ditepi cuvet harus dibersihkan. Permukaan gips diolesi dengan vaseline kecuali plat malam,elemen gigi akrilik, dan cengkram.
· Cuvet atas dipasang lalu isi dengan adonan gips kedua dan tuangkan kedalam cuvet sampai penuh sambil diketuk secara perlahan-lahan agar gips dapat masuk ke daerah yang sempit lalu pres sampai kelebihan gips keluar metal to metal kontak.
· Setelah gips mengeras maka siap untuk melakukan presos boiling out.
3.4.g Boiling Out
· Air dipanaskan sampai mendidih lalu cuvet yang telah dipasang di behel dimasukkan ke dalam panci dan diamkan selama + 5 menit. Kemudian cuvet diangkat dan dibuka dengan pisau malam lalu sisa wax disiram dengan air panas agar tidak ada residu.
· Setelah proses boiling out selesai, kemudian mendapatkan mould space. Serpihan gips dibersihkan dan tepi-tepi tajam dirapihkan.
3.4.h Packing
· Sebelum melakukan packing, sebaiknya permukaan gips yang masih hangat diolesi CMS kecuali pada elemen gigi dan cengkram.
· Alat dan bahan harus disiapkan terlebih dahulu.
· Adonan akrilik dibuat dengan menggunakan wet method, yaitu mencampurkan monomer dan polimer kedalam mixing jar.
· Adonan akrilik diaduk dengan mnggunakan lecron lalu ditutup.
· Setelah adonan akrilik mencapai dough stage, dibentuk menjadi gulungan kemudian diaplikasikan kedalam mould space dengan jari tangan lalu plastic cellophane diletakkan di antara cuvet atas dan cuvet bawah disatukn kemudian dipres.
· Pres dilakukan secara perlahan-lahan sampai metal to metal kontak agar akrilik dapat mengalir ke semua daerah dan kelebihannya mengalir keluar cuvet.
· Cuvet dibuka lalu kelebihan akrilik yang menempel dibersihkan kemudian cellophane diletakkan kembali dan dilakukan pres kedua.
· Cuvet dibuka dan apabila tidak ada kelebihan akrilik, akrilik diolesi dengan liquid kemudian dilakukan pres terakhir tanpa cellophane.
· Proses curing siap untuk dilakukan.
3.4.i Curing
· Air dipanaskan sampai mendidih lalu cuvet yang telah dipasang pada behel dimasukkan kedalam panci tersebut dan didiamkan selama 1 jam.
· Kompor dimatikan, kemudian behel yang brisi cuvet diangkat dan didiamkan sampai kembali pada suhu kamar.
3.4.j Deflasking
· Cuvet dibuka setelah suhu mendingin atau normal.
· Protesa dipisahkan dari gips dengan menggunakan pisau gips secara hati-hati agar protesa tidak patah.
3.4.k Finishing dan Polishing
· Protesa dibersihkan dari sisa-sisa gips.
· Bagian yang tajam dirapihkan dan dibulatkan dengan menggunakan akrilik trimmer bur. Bagian interdental permukaan protesa dibersihkan dan dibentuk dengan fissure bur dan round bur kecil tanpa merusak anatomi yang telah dibuat.
· Protesa diamplas dengan menggunakan amplas kasar dan amplas halus.
· Protesa dipoles dengan menggunakan sikat hitam dan purmice.
· Poles yang kedua dilakukan dengan menggunakan felcone dan pumice.
· Apabila permukaan protesa sudah tidak ada guratan-guratan, dilanjutkan dengan menggunakan poles terakhir menggunakan sikat putih dan CaCO3.
· Protesa dibersihkan dari sisa bahan poles.
· Protesa dikembalikan ke dokter ggi untuk melakukan insersi.



